Rabu, 28 Februari 2018

Perang Terlama Belanda: Kisah Perang Aceh 1873-1913


Penulis        Nino Oktorino
Penerbit      Elex Media
ISBN            9786020454696
Terbit          26 Februari 2018
Tebal           118 halaman
Ukuran       19 X 23 cm

Perang Aceh hanyalah sebuah perang kecil dalam sejarah dunia. Namun, perang tersebut sangat penting bagi pembentukan wilayah Hindia Timur Belanda, dan dengan demikian Belanda. Perang tersebut juga sangat menentukan dalam sejarah Indonesia. Perjuangan orang Aceh melawan kolonialisme Belanda mewakili ”gerakan protes” proto-nasionalisme yang sangat penting. Penting dicatat bahwa permulaan dari bentuk dan struktur negara-bangsa dari apa yang kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah akibat langsung dari Perang Aceh dan kebijakan kolonial setelahnya, yang disebut sebagai Politik Etis. Bahkan dalam pergulatan di antara para pemimpin lokal dan pemerintah pusat setelah kemerdekaan Indonesia, perang ini secara keseluruhan memainkan sebuah peranan yang sangat penting.

Hancurnya KNIL Minahasa: Kisah Terlupakan Palagan Manado 1942


Penulis      Nino Oktorino
Penerbit     Elex Media
ISBN         9786020453941
Terbit        26 Februari 2018
Tebal         112 halaman
Ukuran      19 X 23 cm

Hancurnya KNIL Minahasa adalah kisah tentang bagaimana aliansi panjang orang Minahasa-Belanda mencapai titik puncaknya, ketika mereka bahu membahu membela tanah Minahasa dan wilayah sekitarnya, hingga akhirnya sampai pada titik ketika orang Minahasa mulai memikirkan ulang tentang kedudukan mereka sebagai ”Provinsi Kedua Belas Belanda” dalam perjuangan anti-kolonialisme bangsa Indonesia pasca-Perang Pasifik.

WAFFENBRüDER: Kisah Divisi SS 'Das Reich' dalam Perang Dunia II


Penulis        Nino Oktorino
Penerbit       Elex Media
ISBN           9786020456041
Terbit          12 Maret 2018
Ketebalan    212 halaman
Ukuran        15 x 21 cm

Divisi SS ’Das Reich’ adalah salah satu divisi terbaik dalam Angkatan Bersenjata Jerman selama Perang Dunia II. Hal itu terlihat dengan jumlah medali Knight’s Cross (Ritterkreuz) yang diraih oleh para anggotanya. Dengan 72 pemegang medali Knight’s Cross, ’Das Reich’ merupakan divisi Waffen-SS yang paling banyak meraih medali militer paling bergengsi dalam Reich Ketiga. Selain itu, unit ini juga memperoleh lebih dari 150 medali German Cross (Deutsches Kreuz) dan merupakan satu-satunya divisi di mana seluruh unitnya memperoleh medali Roll of Honor Clasp (Ehrenblatt des Heeres), sebuah catatan mengenai tindakan terhormat dan heroik yang dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata Jerman. Selain itu, ’Das Reich’ bisa dikatakan sebagai inti divisi dari Waffen-SS dan menghancurkan lebih banyak kendaraan lapis baja musuh daripada divisi lainnya, meskipun mereka tidak memiliki sebuah unit tank hingga tahun 1940.

Akan tetapi, sebagai pendahulu dan bagian dari Waffen-SS, pasukan elite Nazi yang berkekuatan hampir satu juta orang di bawah Reichsfuhrer SS Heinrich Himmler, ’Das Reich’ juga memiliki reputasi yang penuh kontradiksi. Seperti bekas anggota Waffen-SS lainnya, para veteran ’Das Reich’ mengklaim dirinya sebagai ”soldaten wie die anderen auch” (”hanya prajurit biasa seperti yang lainnya”), tetapi mereka tidak bisa benar-benar mengklaim diri sebagai sebuah unit militer murni dan disamakan dengan unit-unit terkenal lainnya dalam Angkatan Darat Jerman, seperti ’Grosdeutschland’ dan ’Panzer Lehr’, atau dengan Rangers Amerika, Pasukan Payung Inggris maupun Divisi Garda Soviet. Reputasi ’Das Reich’ terikat dengan keterlibatannya dalam berbagai kejahatan perang yang terdokumentasikan dengan baik terhadap para prajurit maupun penduduk sipil, dan kesetiaan pribadinya terhadap Adolf Hitler serta kaitannya dengan Heinrich Himmler.

Mereka adalah sebuah Waffenbrüder—kelompok seperjuangan—yang asal usulnya terletak pada kebutuhan Hitler akan pengawal pribadi dan sebuah pasukan yang dapat digunakan melawan musuh-musuh Nasional Sosialisme.