Minggu, 31 Agustus 2014

A Bridge Too Far: Neraka Pasukan Linud Inggris di Arnhem


Penulis                    Nino Oktorino
Judul                       A Bridge Too Far
Subjudul                 Neraka Pasukan Linud Inggris di Arnhem
Penerbit                  Elex Media Komputindo
Editor                     Eko Nugroho
Ukuran                   14 x 21 cm
Halaman                 184
ISBN/EAN             9786020247793/9786020247793

"Aku tidak akan mengatakan bahwa Arnhem adalah suatu kekalahan. Orang-orang seperti mereka tidak akan pernah dikalahkan. Mereka akan bertempur hingga tidak memiliki apa-apa untuk bertempur—dan kemudian tetap bertempur."
— Dick Ennis, pilot pesawat layang

Pertempuran Arnhem merupakan sualu titik balik dalam Perang Dunia II, sebuah perjudian yang dilakukan olah Marsekal Montgomery. Tiga divisi lintas udara dikerahkan untuk merebut sejumlah jembatan yang melintang di atas sungai-sungai besar di Belanda untuk mengujungtombaki serangan Sekutu ke Jerman sendiri. Apabila jembatan-jembatan tersebut berhasil direbut dan dipertahankan, dan jika pasukan darat Sekutu berhasil membebaskan pasukan lintas udara yang diteurjunkan di balik garis pertahanan Jerman itu, maka perang di Eropa akan berakhir pada Hari Natal 1944. Ternyata, operasi itu berubah menjadi sebuah bencana berdarah bagi Red Devils, pasukan payung elite lnggris ....

Rabu, 27 Agustus 2014

TANGKAP TITO, HIDUP ATAU MATI!

Pasukan payung SS melompat keluar dari pesawat layang mereka pada tahap awal serangan Jerman ke Drvar.


Oleh Nino Oktorino

Pada pagi hari, 25 Mei 1944, pukul 6.35 jam, Josip Broz Tito berdiri di depan pondok yang menjadi markasnya. Tempat yang berada di jurang berhutan sekitar Drvar, Bosnia, itu masih diselimuti kabut pagi. Pemimpin kaum Partisan itu sedang bersiap-siap untuk menghadiri pesta ulang tahunnya yang ke-52, yang akan diadakan oleh para petani setempat.

Tito dan stafnya di depan gua markas besarnya di Drvar, Mei 1944
Tiba-tiba, terdengar gemuruh pesawat-pesawat terbang Jerman, yang menjatuhkan bom dan memberondongkan kanon serta senapan mesinnya. Di tengah-tengah serangan udara ini, 40 pesawat layang meluncur turun ke atas Drvar. Mereka diikuti oleh pasukan payung yang melompat turun dari pesawat-pesawat angkut Ju-52 dan terjun dengan parasut. Secara keseluruhan, 600 prajurit payung elite Waffen-SS diterjunkan di Drvar. Sasaran mereka: menangkap atau menyingkirkan Tito dan stafnya

Tidak seperti para pemimpin gerilyawan anti-Nazi lainnya di Eropa yang dikuasai Hitler, Tito tahu bagaimana cara mengacaukan pasukan Jerman di Balkan: 300.000 Partisan Yugoslavia yang dipimpinnya merupakan kekuatan yang tangguh dan sangat aktif melawan pendudukan Poros selama tiga tahun lebih di negeri Balkan tersebut. Dengan cerdik, dia memosisikan anak buahnya di Drvar, sebuah kota Bosnia yang merupakan daerah perbatasan zona pengaruh Italia dan Jerman, karena tahu bahwa kedua kekuatan yang saling bersaing Poros itu tidak akan saling mengizinkan tentara sekutunya untuk memasuki zona pendudukan masing-masing.  

Setelah Italia membelot ke pihak Sekutu, Jerman sebenarnya memiliki lebih banyak kebebasan bergerak. Namun, kini Jerman harus bertempur di tiga front—Front Timur, Balkan, dan Italia—dan Tito meyakini bahwa Jerman tidak akan mampu melancarkan sebuah operasi anti-gerilya besar-besaran sebagaimana yang telah dilakukan pada masa sebelumnya.  
Perhitungan Tito sebagian tepat: Marsekal von Weichs, panglima Jerman di Balkan, tidak memiliki cukup pasukan untuk mengejar kaum Partisan ke wilayah berhutan atau pegunungan yang menjadi tempat persembunyian mereka. Karena itulah, satu-satunya cara yang diharapkan dapat melumpuhkan atau menghancurkan kaum Partisan adalah dengan menyingkirkan pemimpinnya sendiri, pribadi Tito! 

Untuk mencapai tujuan ini, sang Marsekal menyusun sebuah operasi berani yang diberi sandi Operasi Rösselsprung”. Sebuah batalyon pasukan payung elite Waffen-SS, yang terdiri atas 654 prajurit yang tangguh, dipersiapkan untuk diterjunkan di atas markas besar Tito sendiri. Mereka akan didukung oleh Divisi SS ‘Prinz Eugen’ yang terkenal kekejamannya dan unit-unit sebuah divisi Kroasia-Jerman serta barisan kaum Fasis Kroasia, Ustasa, maupun kelompok gerilyawan anti-Komunis Serbia yang pro-monarki, Cetnik. 

Tito sedang menyantap sarapannya saat serangan itu dilancarkan. Pada mulanya, kaum Partisan terguncang dengan serangan lintas udara yang tidak pernah mereka hadapi atau bayangkan itu. Namun mereka dengan cepat pulih dari keterkejutannya dan melancarkan perlawanan sengit terhadap para tamu yang tidak diundang itu. Akibatnya, banyak prajurit payung yang menjadi korban dari tembakan gencar lawan saat mereka turun dengan parasutnya ke bumi. Korban di pihak Jerman semakin membengkak ketika banyak pesawat layang yang membawa sebagian pasukan penyerbu salah mendarat atau mengalami kecelakaan. Diperkirakan lebih dari 10 persen pasukan penyerbu menjadi korban pada saat pendaratan, lebih besar daripada perkiraan Jerman.

Pasukan payung SS mengambil posisi di pos komando mereka di pemakaman kota sementara penerjunan gelombang kedua pasukan payung di Drvar berlangsung.

Sekalipun demikian, segera setelah mendarat pasukan payung Jerman, yang masing-masing membawa sebuah foto Tito, segera melancarkan serangan ke pusat kota Drvar. Seluruh penduduk kota bangkit melawan para penyerbu. Namun pasukan Jerman, yang unggul dalam persenjataan dan pelatihan, mampu merebut kota tersebut pada pukul 09.00, dan melancarkan operasi pembersihan dari rumah ke rumah. Sekitar 400 orang Yugoslavia, baik Partisan maupun sipil, ditangkap dan diinterogasi secara ekstensif untuk mencari tahu keberadaan Tito—tentu saja merupakan suatu hal yang sangat menyita waktu.

Namun kemudian komandan pasukan penyerbu, SS-Hauptsturmführer Kurt Rybka, mendapatkan laporan mengenai pertempuran sengit di kaki bukit di luar kota Drvar. Tahu bahwa ada sesuatu yang dipertahankan mati-matian oleh kaum Partisan, entah dokumen penting atau Tito sendiri, dia kemudian mengerahkan seluruh pasukannya ke tempat itu. Di gua di bukit itu, Tito sedang terpojok ketika tembakan senapan dan penyembur api pasukan payung SS menutup pintu masuk gua tersebut.  

Kabar mengenai terjepitnya posisi Tito membuat kaum Partisan yang berada di luar kota mengerahkan bala bantuan ke Drvar dan melancarkan serangan jarak dekat yang gila-gilaan terhadap pasukan payung, sehingga membuat Luftwaffe tidak mampu memberikan dukungan tembakan karena takut mengenai pasukan sendiri. Di tengah-tengah pertempuran sengit ini, Tito dan staf kecilnya berhasil meloloskan diri dengan tali melewati sebuah jalan rahasia yang menembus sisi lain bukit tersebut yang masih dikuasai kaum Partisan. Dari sana, dia berjalan kaki dan kemudian diangkut dengan kereta api Partisan sebelum diangkut dengan pesawat terbang Sekutu, yang khusus didatangkan untuknya, ke Italia.

Sementara itu, tidak tahu bahwa Tito berhasil lolos dari jerat mereka, pasukan payung Jerman terus bertempur di dekat gua Tito hingga bala bantuan Partisan yang terus mengalir ke Drvar mendesak mereka ke pemakaman kota. Dalam keadaan lelah dan kehabisan amunisi, sisa-sisa pasukan payung menghabiskan malam itu dalam pertempuran mati-matian yang ganas melawan gelombang serangan kaum Partisan yang berusaha menghabisi mereka. Dari 874 prajurit payung yang diterjunkan dalam dua gelombang di hari itu, hanya 250 orang yang masih dapat bertempur hingga pagi hari berikutnya tiba.

Ketika matahari terbit pada tanggal 26 Mei, Luftwaffe dapat menerbangkan kembali pesawat-pesawat terbangnya untuk memberikan dukungan bagi pasukan payung SS yang terkepung. Namun ternyata pada saat itu, kaum Partisan telah meninggalkan medan laga menuju kawasan hutan dan pegunungan di sekitar Drvar. Kedatangan bala bantuan dari Divisi SS ‘Prinz Eugen’ dan Divisi Kroasi-Jerman ke-373 akhirnya membebaskan pasukan yang terkepung dan Drvar pun jatuh ke tangan Jerman. Namun Tito telah lolos, dan satu-satunya hiburan bagi pasukan Jerman adalah keberhasilan mereka merampas seragam baru marsekal dari pemimpin Partisan itu, yang kemudian dikirimkan ke Wina untuk dipamerkan.

Sedikit hiburan bagi pasukan Jerman di Drvar: seorang prajurit memamerkan seragam Tito yang berhasil dirampasnya.

Tito sendiri kemudian dikirimkan oleh Inggris dari Italia ke Pulau Vis, sebuah pulau di lepas pantai Dalmatia yang diperkuat oleh Royal Navy dan dijadikan markas besar kaum Partisan. Sekalipun membuat Tito menangguhkan sebagian rencana taktis kaum Partisan untuk sementara, Operasi Rösselsprung” sama sekali tidak berpengaruh terhadap hasil keseluruhan perang pembebasan kaum Komunis di Yugoslavia.


Cerita selanjutnya dapat dibaca di buku Target: Tito