Kamis, 20 Juli 2017
MESIN MILITER HITLER
Penulis Nino Oktorino
Judul Mesin Militer Hitler
Subjudul Waffen-SS dan Luftwaffe
Penerbit Elex Media Komputindo
Ukuran 14 x 21 cm
Halaman 364
ISBN/EAN 9786020295381
Setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I, Sekutu yang menang perang mendiktekan Perjanjian Versailles, yang di antaranya berisi ketentuan pembatasan kekuatan militer negeri itu: tentara Jerman dibatasi jumlahnya hingga 100.000 orang saja, ditambah 15.000 orang pelaut. Jerman juga dilarang memiliki kapal selam, tank dan meriam berat sementara angkatan udaranya dibubarkan.
Sekalipun dari luar tampaknya mematuhi Perjanjian Versailles, para pemimpin Reichswehr, tentara baru Jerman pasca-perang, sebenarnya mengakali banyak ketentuan yang dipaksakan oleh Sekutu kepada Jerman. Di bawah kepemimpinan Hans von Seeckt, Reichswehr membangun sebuah inti angkatan udara rahasia di Rusia lewat kolaborasi dengan rezim Komunis Uni Soviet. Selain itu, sementara membentuk sebuah kader kepemimpinan elite baru dari orang-orang terbaik yang diizinkan bergabung dengan Reichswehr, von Seeckt secara diam-diam memelihara kekuatan cadangan yang besar dalam apa yang secara longgar disebut sebagai Freikorps—berbagai perkumpulan veteran dan pendukung sayap kanan yang anti-komunis.
Hitler dan kaum Nazi di kemudian hari memetik keuntungan besar dari kebijakan rahasia von Seeckt ini. Dari kalangan Freikorps, Hitler menarik banyak orang yang menjadi inti dari cikal bakal pasukan elitenya, Waffen-SS. Sementara itu, dengan bantuan Hermann Göring, ia kemudian membangun angkatan udara Jerman yang baru, Luftwaffe, dengan menggunakan banyak spesialis yang telah dididik di Rusia lewat program rahasia von Seeckt.
Setelah Hitler berkuasa dan membatalkan Perjanjian Versailles, Luftwaffe dan Waffen SS dijadikan barisan militer kesayangan sang Führer. Hal ini sebagian dikarenakan, dibandingkan Heer (Angkatan Darat) dan Kriegsmarine (Angkatan Laut) Jerman, kedua kekuatan bersenjata itu relatif telah dinazifikasikan: Waffen-SS merupakan sebuah formasi militer Partai Nazi sementara Göring, tokoh terpenting Nazi kedua setelah Hitler, memimpin Luftwaffe. Selama Perang Dunia II, baik Luftwaffe maupun Waffen-SS sendiri menjadi mesin militer dan mesin teror andalan Hitler dalam perang penaklukannya. Inilah kisah mereka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar